5000 Hewan Kurban di Kabupaten Bandung Sehat

Bandung - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bandung menjamin jika hewan kurban di daerahnya secara umum sehat dan layak kurban. Disnakan telah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 5000 hewan kurban.
Berdasarkan hasil peninjauan yang dilakukan Disnakan dan Komisi B DPRD Kabupaten Bandung, tidak ditemukan hewan kurban sapi, kambing dan domba berpenyakit. Meski demikian, masih ditemukan hewan yang belum cukup umur.

Harga Hewan Kurban Naik 75 Persen

Harga hewan kurban di Kabupaten Garut melonjak sampai 75 persen, sepekan sebelum Iduladha. Harga ini diperkirakan akan terus melonjak beriringan dengan semakin dekatnya Iduladha.
Pedagang domba dan kambing di Pasar Hewan Bayongbong, Jajang Iip, mengatakan awalnya harga domba biasa berkisar Rp 1,7 juta sampai Rp 2 juta. Namun, menjelang Iduladha, harganya menjadi Rp 2 juta sampai Rp 3,5 juta.
"Ini saatnya para peternak meraup keuntungan. Kenaikan harga ini selain disebabkan musim Iduladha yang sudah datang, juga disebabkan kelangkaan hewan dan banyaknya permintaan," kata Jajang saat ditemui di Pasar Hewan Bayongbong, Kamis (10/10/2013).

Impor Sapi Harus Lewat Pemeriksaan Kesehatan

Ketua Pengurus Harian Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mewati-wanti Pemerintah untuk mengurungkan niatnya memperlonggar aturan terkait pemeriksaan kesehatan daging sapi impor. "Saya melihat ini sebagai ancaman bagi keselamatan publik," kata dia kepada Tempo, Ahad, 29 September 2013.

Sudaryatmo menegaskan, Pemerintah harus menjamin daging sapi yang dipasarkan di tanah air aman dikonsumsi. Karenanya, Pemerintah tak bisa memangkas tahapan pemeriksaan kesehatan apalagi dengan alasan untuk mempercepat pasokan dan meredam tingginya harga daging sapi.

Harga daging sapi tembus 120 Ribu

JAKARTA - Harga daging sapi di pasar tradisional melonjak tajam. Kalau Lebaran tahun lalu hanya Rp 90 ribu per kilo, kini naik menjadi Rp 120 ribu. Kenaikan ini tidak sejalan dengan upaya pemerintah yang mengimpor ratusan ton daging sapi untuk menstabilkan harga di pasaran.
“Ini harga daging sapinya naik jadi Rp 120 ribu. Kata pedagangnya dua sampai sehari jelang Lebaran bakal naik lagi,” ungkap Enin, perempuan parobaya yang tengah berbelanja di Pasar Pondok Labu, Senin (5/8).
Ia mengaku lebih enjoy membeli daging sapi di pasar tradisional karena lebih segar. Selain itu ia bisa menawar harga ke pedagang.
“Tapi ini susah nawarnya, karena pedagangnya tahu orang-orang butuh daging buat Lebaran,” ujar perempuan berjilbab ini.
Berbeda dengan pasar tradisional, daging sapi di supermarket malah didiskon besar-besaran. Daging rendang yang tadinya sekitar Rp 120 ribu per kilonya turun menjadi Rp 63 ribu. Bagi ibu rumah tangga yang tidak mau repot dan berdesak-desakan di pasar tradisional, memilih belanja daging sapinya di supermarket.
“Lebih nyaman di supermarket, harganya murah, nyaman lagi tempatnya,” kata Rilawati, ibu dua anak ini yang borong daging dan ayam broiler untuk kebutuhan Lebaran.
Ia menambahkan sengaja membeli daging dan ayam lebih banyak karena untuk dibagikan ke orang tua serta mertuanya. “Namanya sudah berkeluarga mbak, jadi harus beli double-double untuk keluarga besar,” ujarnya sambil tersenyum simpul. (esy/jpnn).

Bibit Sapi Australia Masih Tertahan di Karantina

Bibit sapi itu tertahan karena pemerintah Indonesia kembali memperhatikan aturan lama tentang impor ternak hidup. Menurut ketentuan itu, semua ternak sapi yang masuk ke Indonesia untuk dikembangbiakkan harus memiliki sertifikat asal-usul atau jenis (pedigree). Banyak peternak besar di negara bagian Northern Territory (Australia Utara) asal bibit sapi yang tertahan ini, tidak dapat menyediakan sertifikat tersebut.

Alison Penfold dari Dewan Pengekspor Ternak Australia mengatakan saat ini sapi-sapi itu dirawat dengan baik meskipun perseteruan pemerintah dan pihak industri penggemukan sapi Indonesia terus berlangsung.“Ya, pengadilan masih tetap berlangsung. Saat ini sedang dalam tahap banding. Selama kasus ini masih diproses, sapi-sapi itu akan tetap berada di fasilitas karantina. Saya tidak bisa memastikan kapan kasus tersebut akan selesai,” ucap Alison Penfold.

Sumber

Winfeed

Win Feed perupakan sebuah perangkat lunak yang berguna untuk melakukan Formulasi pakan yang akan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan nutrisi. Program Win Feed sendiri merupakan program formulasi ransum dengan berorientasi pada pencapaian harga termurah untuk ternak ruminansia maupun non ruminansia.

Cermat Memilih Daging Sapi & Ayam Berkualitas


Banyaknya daging sapi yang dijual di pasaran membuat konsumen harus senantiasa cermat dan teliti. Daging sapi gelonggongan, daging sapi yang diberi bahan pengawet dan pewarna, adalah sedikit ancaman yang mengintai.

Yuk, simak ciri-ciri daging sapi yang baik agar Anda bisa menghasilkan kuliner sehat untuk keluarga:

Harga Daging di Pasar Moderen Masih Mahal

Beberapa waktu lalu, pemerintah melakukan impor daging sapi guna menekan harga jual komoditi tersebut yang harganya begitu tinggi. Namun, ternyata upaya itu tidak memengaruhi harga jual daging sapi pada sektor ritel atau pasar moderen.
"Daging sapi pada pasar ritel adalah lokal. Daging sapi impor tidak sentuh pasar ritel," kata Henri Hendarta, Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jabar, di Foodside Yogya Sunda, Jalan Sunda Bandung.
Henri mengutarakan, sampai saat ini, daging sapi, harganya masih mahal yaitu Rp 120-130 ribu per kilogram. Uniknya meski harga masih mahal, penjualan tetap positif.
Selain daging sapi, bawang merah pun harganya tinggi, yaitu berada pada level Rp 70 ribu per kilogram. "Termasuk cabai rawit domba, yang harganya masih bersaing dengan daging sapi, yaitu, sekitar Rp 120 ribu per kilogram,"

Sumber

Pedagang Daging Ogah Jual Daging Impor

Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Banjaran, Feri Setiawan (30), mengatakan sampai saat ini untuk pasokan daging di Pasar Banjaran masih dalam batas normal. Harganya pun sudah mulai mengalami penurunan. Sehingga, kata dia, tidak ada alasan untuk menjual daging sapi impor.

"Kami enggak mau ngambil risiko rugi, karena enggak ada jaminan halal. Karena bisa saja pemotongannya tidak sesuai syariat Islam. Kasihan warga kalau kita enggak jual daging halal," ujar Feri, Selasa (30/7).

Peternak Sapi Majalengka Belum Berani Beli Sapi Bakalan


        Peternak penggemukan sapi di wilayah Majalengka belum bersedia berbelanja sapi bakalan akibat harga yang belum normal. Mereka masih tetap menahan uang hasil penjualan sapi saat lebaran.
     Beberapa bandar sapi bakalan di Desa Pasirmuncang dan Cijurey, Kecamatan Panyingkiran yang biasanya berbelanja sapi seminggu sekali ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur pun kini hanya hanya mampu berbelanja tiga minggu sekali.
 Menurut keterangan beberapa petani penggemukan sapi di Kelurahan Kulur, dan Desa Pancurendang, Kecamatan Majalengka, para petani kini enggan berspekulasi untuk berbelanja sapi di saat kondisi harga tidak stabil. Khawatir berdampak pada kerugian yang cukup besar.

Peternak Sapi Berhak Menikmati Harga Layak

Peternak sapi di pedesaan masih menjadi kaki tunggal penyediaan bibit lokal, tapi sering menjadi subyek paling menderita


                 Peternak sapi di pedesaan yang menjadikan ternaknya sebagai tabungan sebenarnya tidak menginginkan harga yang terlalu tinggi pula. Tapi, cukup untuk menjadikan panen pedet/bakalannya sebagai tabungan. Ilham Akhmadi, peternak penggemukan sapi dari Segoroyoso, Yogyakarta menyatakan,secara naluri bisnis sebenarnya ia juga lebih suka jika harga bakalan murah. Sebab dengan modal yang sama besar ia bisa membeli lebih banyak sapi bakalan.

“Tetapi, kita hidup di pedesaan yang melihat langsung bagaimana petani-peternak itu menjadi tumpuan penyediaan bibit kita. Akhirnya nurani mengalahkan naluri bisnis untuk sedikit lebih mengerti keadaan,” ungkap ketua Persatuan Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) ini.